STATISTIK
SAMPEL, POPULASI DAN NOTASI ILMIAH
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
DIAN CIPTA CENDIKIA KOTABUMI
2018
1. Populasi
Populasi berasal dari kata bahasa inggris population, yang berarti jumlah penduduk. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2015: 80). Menurut Nazir (1983:327) mengatakan bahwa popuasi adalah berkenaan dengn data bukan barang atau bendanya.Pengertian lainnya, diungkapkan oleh Nawawi yang menyebutkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karaktersitik tertentu di dalam suatu penelitian.Sedangkan Riduwan (2002: 3) mengatakan bahwa populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran menjadi objek penelitian.
Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat – syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Kaitannya dengan batasan tersebut, populasi dapat dibedakan berikut ini :
Populasi teoritis (Theoritical Population), yakni sejumlah populasi yang batas-batasnya di tetapkan secara kualitatif. Kemudian agar hasil penelitian berlaku juga bagi populasi yang lebih luas, maka di tetapkan terdiri dari guru; berumur 25 tahun sampai 40 tahun, program S1, jalur tesis, dll.
2. Populasi yang tersedia (Accessible population), yakni sejumlah populasi yang secara kuantitatif dapat di nyatakan dengan tegas. Misalnya, guru sebanyak 250 di kota Bandung terdiri dari guru yang memiliki karakteristik yang telah di tetapkan dalam populasi teoritis.
Bedasarkan sifatnya, populasi dapat digolongkan menjadi populasi homogen dan populasi yaitu :
a. homogeny adalah sumber data yang unsurnya memiliki sifat yang sama sehingga tidak perlu mempersoalkan jumlahnya secara kuantitatif.
b. Populasi heterogen adalah sumber data yang unsurnya memiliki sifat atau keadaan yang berbeda (bervariasi) sehingga perlu ditetapkan batas – batasnya, baik secara kualiatif maupun kuantitatif.
2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada pupulasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti daapat menuggunakan sampel yang diambil dari populasi itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yangdiambil dari populasi betul-betul representatif (mewakili).
Adapun alasan-alasan penelitian dilakukan dengan mempergunakan sampel beikut ini:
1. Ukuran populasi
Dalam hal populasi tak terbatas (tak terhingga) berupa parameter yang jumlahnya tidak diketahui dengan pasti, pada dasarnya bersifat konseptual. Karena itu sama sekali tidak mungkin mengumpulkan data dari populasi seperti itu. Demikian juga dalam populasi terbatas (terhingga) yang jumlahnya sangat besar, tidak praktis untuk mengumpulkan data dari populasi 50 juta murid sekolah dasar yang tersebar diseluruh pelosok Indonesia misalnya.
2. Masalah biaya
Besar-kecilnya biaya tergantung juga dari banyak sedikitnya objek yang diselidiki.Semakin besar jumlah objek, maka semakin besar biaya yang diperlukan, lebih – lebih bila objek itu tersebar diwilayah yang cukup luas. Oleh karena itu, sampling ialah satu cara untuk mengurangi biaya.
3. Masalah waktu
Penelitian sampel selalu memerlukan waktu yang lebih sedikit daripada penelitian populasi. Sehubungan dengan hal itu,apabila waktu yang tersedia terbatas, dan kesimpulan diinginkan dengan segera, maka penelitian sampel,dalam hal ini, lebih cepat.
4. Percobaan yang sifatnya merusak
Banyak penelitian yang tidak dapat dilakukan pada seluruh populasi karena dapat merusak atau merugikan. Misalnya, tidak mungkin mengeluarkan semua darah dari tubuh seseorang pasien yang akan dianalisis keadaan darahnya, juga tidak mungkin mencoba seluruh neon untuk diuji kekuatannya. Karena itu penelitian harus dilakukan hanya pada sampel.
5. Masalah ketelitian
Masalah ketelitian adalah salah satu segi yang diperlukan agar kesimpulan cukup dapat dipertanggung jawabkan.Ketelitian ,dalam hal ini, meliputi pengumpulan, pencatatan, dan analisis data. Penelitian terhadap populasi belum tentu ketelitian terselengar. Boleh jadi peneliti akan menjadi bosan dlam melaksanakan tugasnya. Untuk menghindarkan itu semua,penelitian terhadap sampel memungkinkan ketelitian dalam suatu penelitian.
6. Masalah ekonomis
Pertanyaan yang harus selalu diajukan oleh seseorang penelitian; apakah kegunaan dari hasil penelitian sepadan dengan biaya ,waktu, dan tenaga yang telah dikeluarkan? Jika tidak, mengapa harus dilakukan penelitian? Dengan kata lain penelitian sampel pada dasarnya akan lebih ekonomis daripada penelitian populasi (sudjana, 1975:159-161); ( Hadari Nawawi,1923: 146-148).
Selanjutnya, mengenai penetapan besar kecilnya sample tidaklah ada suatu ketetapan yang mutlak, artinya tidak ada suatu ketentuan berapa persen suatu sample harus diambil. suatu hal yang perlu diperhatikan adalah keadaan homogenitas dan heterogenitas populasi. Jika keadaan populasi homogen, jumlah sample hampir-hampir tidak menjadi persoalan, sebaliknya,jika keadaan populasi heterogen, maka pertimbangan pengambilan sample harus memperhatikan hal :
1. Harus diselidiki kategori-kategori heterogenitas.
2. Besarnya populasi dalam tiap kategori.
Karena itu informasi tentang populasi perlu dikejar seberapa jauh dapat diusah1akan. Satu hal yang perlu diingat, bahwa penetapan jumlah sampel yang terlalu banyak selalu lebih baik dari pada kurang (oversampling is always better than undersampling).
Menurut Narbuko & Abu (2013: 108) Petunjuk - petunjuk untuk mengambil sampel :
1. Daerah generalisasi
Yang penting disini adalah menentukan dahulu luas populasinnya sebagai daerah generalisasi, selanjutnya barulah menentukan sampelnya sebagai daerah penelitiannya. Di sampling itu, yang penting adalah : “ kalau yang diselidiki hanya satu kelas saja, jangan diperluas sampai kelas-kelas lainnya apalagi menyimpulkan untuk sekolah-sekolah lain”.
2. Pengesahan sifat-sifat populasi dan ketegasan batas-batasnya
Bila luas populasinya telah ditetapkan , harus segera diikuti penegasan tentang sifat-sifat populasinnya. Penegasan ini sangat penting bila menginginkan adanya valliditas dan reabilitas bagi penelitiannya.Oleh sebab itu, haruslah ditentukan terlebih dahulu luas dan sifat-sifat populasi, dan memberikan batas-batas yang tegas, kemudian menetapkan sampelnya. Jangan terjadi kebalikannya,yaitu menetapkan populasilah yang lebih dahulu baru kemudian sampelnya.
3. Sumber-sumber informasi tentang populasi
Untuk mengetahui ciri-ciri populasinya secara terperinci dapat diperoleh melalui bermacam-macam sumber informasi tentang populasi tersebut. Misalnya, sensus penduduk dokumen-dokumen yang disusun oleh instansi-instansi dan organisasi-organisasi, seperti pengadilan, kepolisian, kantor P & K, kantor kelurahan, dan sebagainnya.
Meskipun demikian, haruslah diteliti kembali apakah informasi tersebut telah menunjukkan validitasnya (kesahihan) . Hal itu perlu karena jangan sampai terjadi data tahun 1954 masih dipakai sebagia sumber untuk tahun 1965, misalnya bila tahun 1954 tercatat jumlah anak rata-rata dalam seiap keluarga 4 orang, maka pada tahun 1965 jumlah anak rata-rata mungkin tidak seperti itu (4 orang).
4. Menetapkan besar kecilnya sampel
Mengenai berapa besar kecilnya sampel yang harus diambil untuk sebuah penelitian, memang tidak ada ketentuan yang pasti.
5. Menetapkan teknik sampling
Dalam masalah sampel , ada yang disebut biased sampel , yaitu sampel yang tidak mewakili populasi atau disebut juga dengan sample yang menyeleweng. Pengambilan sampel yang menyeleweng disebut : biased sampling. Biased sampling adalah pengambilan sampel yang tidak dari seluruh populasi, tetapi hanya dari salah satu golongan populasi saja, tetapi generalisasinya dikenakan kepada seluruh populasi.Contoh : misalnya mengadakan penelitian tentang penghasilan rata-rata orang indonesia hanya diambil sample yang kaya raya saja, ataupun hanya yang melarst ? miskin saja. Dengan sendiriny akan mengakibatkan adaanya kesimpulan yang menyeleweng atau disebut biased conclusion.
Keuntungan menggunakan sampel yaitu
1. Memdahkan peneliti untuk jumlah sampel lebih sedikit dibandingkan dengan enggunakan populasi dan apabila populasinya terlalu besar dikhawatirkan akan terlewati.
2. Penelitian lebih efesien ( dalam arti menghemat uang, waktu dan tenaga).
3. Lebih teliti dan cermat dalam pengumpulan data artinya jia subjeknya banyak dikhawtirkan adanya bahaya bias dari orang yang mengumpulkan data, karena sering dialami oleh staf bagian pengumpulan dat mengalami kelelahan sehingga pencatatan data tidak akurat.
4. Penelitian lebih efektif, jika penelitian bersifat destruktif(merusak) yang menggunakan spesemen akan hemat dan bias dijangkau tanpa merusak semua bahan yang ada serta bias digunakan untuk menjaring populasi yang jumlahnya banyak.
1.1. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif. Secara umum, ada dua jenis teknik pengambilan sampel yaitu, sampel acak atau random sampling / probability sampling dan sampel tidak acak atau nonrandom samping/nonprobability sampling.
1. Sampel acak atau random sampling / probability sampling
Random sampling adalah cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Artinya jika elemen populasinya ada 100 dan yang akan dijadikan sampel adalah 25, maka setiap elemen tersebut mempunyai kemungkinan 25/100 untuk bisa dipilih menjadi sampel. Sedangkan yang dimaksud dengan nonrandom sampling atau nonprobability sampling, setiap elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel. Lima elemen populasi dipilih sebagai sampel karena letaknya dekat dengan rumah peneliti, sedangkan yang lainnya, karena jauh, tidak dipilih; artinya kemungkinannya 0 (nol).
a. Simple Random Sampling atau Sampel Acak Sederhana
Teknik untuk mendapatkan sampel yang langsung dilakukan pada unit sampling. Dengan demikian setiap unsur populasi harus mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel.
b. Proportionate Stratified Random Sampling atau Sampel Acak Distratifikasikan
Teknik ini biasa digunakan pada populasi yang mempunyai susunan bertingkat atau berlapis-lapis.Misalnya sekolah, terdapat beberapa tingkatan kelas.Jika tingkatan dalam populasi diperhatikan, mula-mula harus dipastikan strata yang ada, kemudian tiap strata diwakili sampel penelitian.
c. Disproportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan untuk menentukan junlah sampel, bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional. Misalnya pegawai dari unit kerja tertentu mempunyai; 3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang S1, 800 orang SMU, 700 orang SMP, maka tiga orang lulusan S3 dan empat orang S2 itu diambil semuanya sebagai sampel. Karena dua kelompok ini terlalu kecil bila dibandingkan dengan kelompok S1, SMU dan SMP.
d. Cluster Sampling atau Area Sampel
Teknik ini digunakan jika populasi tidak terdiri dari individu-individu, melainkan terdiri dari kelompok atau cluster. Misalnya, penelitian dilakukan terhadap populasi pelajar SMU di suatu kota. Untuk itu random tidak dilakukan secara langsung pada semua pelajar, tetapi pada sekolah/kelas sebagai kelompok atau cluster.
2. Nonprobability/Nonrandom Sampling atau Sampel Tidak Acak
Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberipeluang/ kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2013:122). Tidak semua unsur atau elemen populasi mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel. Unsur populasi yang terpilih menjadi sampel bias disebabkan karena kebetulan atau karena faktor lain yang sebelumnya sudah direncanakan oleh peneliti. Teknik sampel ini meliputi samling sistematis, kuota, aksidental, purporsive, jenuh, dan snowball.
a. Sampling Sistematis
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sample berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut.
b. Sampling kuota
Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.
c. Sampling incidental
Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan/ insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
d. Sampling Purporsive
Sampling purporsive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
e. Sampling jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.
f. Sampling Snowball
Sampling Snowball adalah teknik penentuan sampel yang mla-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar.
1.2. Menentukan Ukuran Sampel
Jumlah ukuran sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang diharapkan 100% mewakili populasi adalah sama dengan jumlah anggota populasi itu sendiri. Jadi bila jumlah populasi 1000 dan hasil penelelitian itu akan diberlakukan untuk 1000 orang tersebut tanpa ada kesalahan, maka jumlah sampel yang diambil sama dengan jumlah populasi tersebut yaitu 1000 orang. Makin besar jumlah mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, makin besar kesalahan generalisasi (diberlakukan umum) (Sugiyono, 2015).
Roscoe 1975 (Sugiyono:2015) memberikan acuan umum untuk menentukan ukuran sampel:
1. Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebayakan penelitian
2. Jika sampel dipecah kedalaam subsampel (pria/wanita, junior/senior, dan sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat.
3. Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda), ukuran sampel sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian.
4. Untuk Penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eksperimen yang ketat, penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran sampel kecil antara 10 sampai dengan 20
Beberapa rumus untuk menentukan jumlah sampel antara lain=
1. Rumus Slovin
n =
n= sampel: N = populasi: d= nilai presisi 95% atau sig= 0.05
2. Tabel Issac dan Michael
s =
dengan dk = 1, taraf kesalahan bisa 1%, 5%, 10%.
P=Q= 0,5.
D= 0,05.
S= jumlah sampel
2.3 Notasi Ilmiah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian notasi adalah sistem lambing (tanda) yang menggambarkan bilangan nada-nada dan ujaran. Proses pelambangan, nada atau ujaran dengan tanda (huruf), catatan pendek yang perlu diketahui atau diingat. Sedangkan ilmiah adalah bersifat ilmu, secara ilmu pengetahuan.Jadi, notasi ilmiah adalah ilmu tentang sistem lambing (tanda) yang menggambarkan bilangan nada atau ujaran dengan tanda huruf.
Kutipan
Mengutip pada dasarnya adalah sebagai kegiatan pengambilalihan pernyataan seseorang yang disampaikan secara lisan meupun tertulis untuk tujuan ilustrasi atau memperkukuh argumaen di tulisan sendiri.
Kutipan Langsung
Pengutipan langsung adalah pengambilalihan pernyataan orang lain secara apa adanya, sesuai redaksi yang terdapat dalam sumbernya.
Pernyataan yang dapat dikutip secara langsung mempunyai kriteria dan bersifat (a) definisi; (b) konsep yang sangat penting dan mendasar; (c) peraturan dan perundang-undangan; (d) pendapat yang kontroversial; (e) ungkapan yang tidak berbelit-belit; dan (f) tidak terlalu panjang (Muslich, 2009:89).
Pernyataan orang lain yang dikutip secara langsung caranya berbeda sesuai dengan jumlah kata. Pernyataan yang kurang dari 40 kata dapat dikutip langsung dengan cara meletakkan di antara dua tanda petik ganda (“…”) atau kutipan tunggal (‘…’), kutipan disatukan dalam teks utama, menyebut pengarang, tahun terbit karya, dan halaman sumber. Nama penulis yang dikutip boleh diletakkan dalam teks utama atau setelah kutipan.
Contoh :
“Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang di inginkan oleh penulis atau pembicara” (Keraf,1983:3)
Kutipan Tidak Langsung
Kutipan tidak langsung adalah pengungkapan kembali maksud penulisan dengan kata-katanya sendiri.Jadi, yang di kutip hanyalah pokok-pokok pikiran, atau hanya ringkasan, atau kesimpulan dari sebuah tulisan.
Pernyataan yang dapat dikutip secara tidak langsung mempunyai kriteria dan bersifat (a) bukan konsep dan pengertian yang penting; (b) berupa klasifikasi; (c) berupa ilustrasi dan contoh; (d) ungkapan yang berbelit-belit dan membingungkan pemahaman pembaca; dan (e) ungkapan yang sangat panjang sehingga perlu diambil ide pokonya saja.
Pengutipan pernyataan secara tidak langsung tidak memerlukan tanda petik ganda (“…”) atau tunggal (‘…’) kecuali nama pengarang, tahun terbit, dan halaman karya yang dikutip. Nama pengarang secara konvensional diletakkan di dalam teks utama atau setelah pernyataan yang dikutip.
Contoh :
Nilai merupakan sesuatu pandangan, berisi sesuatu yang baik, diinginkan, dicita-citakan, dan dianggap penting oleh masyarakat sehingga mempengaruhi perilaku sosial dari orang yang memiliki nilai tersebut (Nurseno,2004:3)
Teknik-Teknik Notasi Ilmiah
Foot Note (Catatan Kaki)
Foot note adalah catatan pada kaki halaman untuk menyatakan sumber kutipan, pendapat buah pikiran, fakta-fakta, atau ikhtisar. Catatan kaki biasanya berisi nama pengarang, judul, penerbit, tahun terbit, dan nomor halaman. Footnote pada tiap bab diberi nomor urut, mulai dari angka 1 sampai dengan selesai dan dimulai dengan nomor satu lagi pada bab-bab berikutnya.
Footnote yang merupakan rujukan ditulis berdasarkan cara berikut ini :
Nama pengarang tanpa dibalik urutannya, diikuti koma.
Jika nama dalam tertulis lengkap disertai gelar akademis, catatan kaki mencantumkan gelar tersebut.
Judul karangan dicetak miring tidak diikuti koma
Nama penerbit dan angka tahun diapit tanpa kurung dikuti koma.
Nomor halaman dapat disingkat hlm atau h. Angka nomor halaman diakhiri titik (.).
Singkatan dalam foot note :
(singkatan dari ibidum, artinya sama dengan di atas) untuk catatan kaki yang sumbernya sama dengan catatan kaki yang tepat di atasnya. Ditulis dengan huruf kapital pada awal kata, cetak miring, diikuti titik, diikuti koma, kemudian diikuti nomor halaman.
Contoh :
Badudu, Cakrawala Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1994) h. 63.
Ibid., h. 72.
cit. (singkatan dari opere citato, artinya dalam karya yang telah dikutip), dipergunakan untuk catatan kaki dari sumber yang pernah dikutip, tetapi telah disisipi catatan kaki lain dari sumber lain. Urutannya : nama pengarang, op. cit., nomor halaman.
Contoh :
Badudu, Cakrawala Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1994) h. 57.
Mochtar Lubis, Teknik Magang, (Jakarta: Balai Pustaka, , 1987) h. 31.
Badudu, Op. Cit, h. 68.
cit. (singakatan dari loco citato, artinya tempat yang telah dikutip), dipergunakan untuk catatan kaki dari sumber yang pernah dikutip pada halaman yang sama, tetapi telah disisipi catatan kaki lain dari sumber lain. Urutannya : nama pengarang, loc. cit. (tanpa nomor halaman)
Contoh :
Henry Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Aspek Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Gramedia, 1988) h. 91.
Umar, Para, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1988) h. 56.
Henry Tarigan, loc cit.
In Note
In note merupakan notasi ilmiah dengan cara meletakkan sumber yang dirujuk menyatu dengan teks yang dirujuk. Pada teknik ini, sumber kutipan ditulis atau diletakkan sebelum bunyi kutipan atau diletakkan dalam narasi atau kalimat sehingga menjadi bagian dari narasi atau kalimat. Pada innote ketentuannya adalah sebagai berikut :
Membuat pengantar kalimat sesuai dengan keperluan
Menulis nama akhir pengarang
Mencantumkan tahun terbit, titik dua, dan nomor halaman di dalam kurung
Menampilkan kutipan, baik dengan kutipan langsung maupun kutipan tidak langsung.
Contoh :
Perkembangan bahasa merupakan hal yang sangat urgen dalam tahap perkembangan jiwa anak, menurut Yule (1996: 178 – 180), perkembangan bahasa dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu (1) tahap pralinguistik (pre-language Stages); (2) tahap satu kata, satu frasa (the one-word or holophrastic, stage); (3) tahap dua kata, satu frasa (the two – word stage); dan (4) tahap menyerupai telegram (telegraphic speech).
End Note
End note adalah notasi ilmiah dengan cara memberikan keterangan sumber pernyataan yang dirujuk dan keterangan lainnya yang ditempatkan di akhir sebuah karangan ilmiah sebelum daftar pustaka. Dalam end note penulis dapat memberikan keterangan-keterangan tambahan. Teknik penulisan end note sama dengan teknik penulisan foot note, yang membedakan hanya letaknya. End note diletakkan di akhir suatu karangan ilmiah.
Pada teknik penulisan end note, nama pengarang diletakkan setelah bunyi kutipan atau dicantumkan di bagian akhir narasi, dengan ketentuan sebagai berikut :
Membuat pengantar kalimat sesuai dengan kutipan
Menampilkan kutipan, baik dengan kutipan langsung maupun tidak langsung
Menulis nama akhir pengarang tanpa koma, tahun terbit titik dua, dan nomor halaman di dalam kurung dan akhirnya diberi titik.
Contoh :
Ada aspek penguasaan pragmatik, anak dianggap sudah dapat berbahasa pada waktu ia mampu mengeluarkan kata-kata pertamanya, yaitu sekitar usia satu tahun. Akan tetapi sesungguhnya sejak masa-masa awal setelah kelahirannya anak mampu berkomunikasi dengan ibunya.
Demikian juga orang-orang dewasa di lingkungannya pun memperlakukan anak seolah-olah sudah dapat berbicara (Spencer dan Kass, 1970 : 130).
Daftar Pustaka
Istilah daftar pustaka sering dianggap sama dengan bibliografi (biblioghraphy), referensi (referency), atau kepustakaan.
Yang dimaksud dengan bibliografi atau daftar pustaka adalah sebuah daftar yang berisi kumpulan-kumpulan sumber bacaan atau sumber referensi karangan ilmiah yang tengah digarap, yang terdiri atas judul buku-buku, artikel-artikel, dan bahan-bahan penerbitan lainnya.
Daftar pustaka merupakan syarat mutlak yang harus ada dalam suatu karya ilmiah, baik dalam makalah, paper, skripsi, tesis, maupun disertasi. Letak daftar pustaka dalam suatu karya ilmiah adalah setelah bab kesimpulan. Daftar pustaka ditulis secara alfabetis sesuai nama-nama pengarang atau lembaga yang menerbitkannya. Adapun urutan penulisan daftar pustaka adalah sebagai berikut :
Nama penulis titiktahun terbit titik judul buku yang diberi garis bawah putus-putus atau dicetak miring titik kemudian kota tempat terbit buku titik dua (:) nama penerbit
Misalnya:
Arsyad, Azhar. 2001. Dasar-dasar Penguasaan Bahasa Arab. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Sahertian, Piet A. dan Ida Aleida Sahertian. Supervisi Pendidikan dalam Rangka Program Inservice Education. Jakarta: Rineka Cipta.
Jika buku yang disebut di dalam daftar pustaka merupakan edisi terjemahan, setelah judul buku disebutkan “edisi terjemahan oleh …” di dalam kurung. Dalam edisi terjemahan tahun terbit yang dipakai adalah tahun terbit terjemahan.
Misalnya:
Titus, Harold H, Merilyn Smith S., dan Richard T. Nolan. 1984. Persoalan-persoalan Filsafat, (edisi terjemahan oleh Rasjidi H.M.), Jakarta: Bulan Bintang.
Jika buku dalam daftar pustaka itu berupa sebuah artikel dalam sebuah kumpulan yang disunting seorang editor (antologi), judul artikel itu diapit tanda petik ganda (tanpa garis bawah).
Misalnya:
Susilastuti, Dewi H. (1993). “Berbagai Persoalan Kesehatan Reproduksi Perempuan”. Dalam Fauzie Ridjal, Lusi Margiyani, dan Agus Fahri Husein (Editor). Dinamika Gerakan Perempuan di Indonesia. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
Jika buku dalam daftar pustaka itu berupa karya-karya yang belum dipublikasikan, seperti skripsi, tesis, dan disertasi, judul itu tidak perlu diberi garis bawah putus-putus atau dicetak miring, tetapi diletakkan di antara dua tanda petik ganda.
Misalnya:
Wastono, Afdol Tharik. 1997. “Kongruensi dan Reksi dalam Bahasa Arab”. Jakarta: Tesis Magister Humaniora Univeritas Indonesia.
Jika sumber acuan dalam daftar pustaka berupa artikel yang diambil dari majalahatau jurnal, judul artikel tidak perlu diberi garis bawah atau dicetak miring, tetapi diapit tanda petik ganda, sedangkan yang digarisbawahi atau dicetak miring adalah nama majalah atau jurnal dengan didahului kata “Dalam”.
Misalnya:
Sarbini. 2003. “Islam dan Problem Sosial: Perspektif Kekerasan Politik dan Agama”. Dalam Jurnal Ilmiah Mamba’ul ‘Ulum. Edisi III. Surakarta.
Jika sumber acuan itu berupa artikel yang diambil dari koranatau surat kabar, judul artikel diapit tanda petik ganda sebagaimana artikel yang dikuti dari majalah, sedangkan nama surat kabar diberi garis bawah dan didahului kata “Dalam”.
Misalnya:
Indrayana, Denny. 2006. “Hakim Agung “Wanted””. Dalam Kompas. 3 Mei 2006. Jakarta.
Suksmantri, Eko. 2000. “Militerisasi Sipil, Ironi di Era Reformasi”. Dalam Suara Merdeka. 12 Mei 2000. Semarang.
Jika sumber acuan berupa hasil wawancara atau interview, penulisannya sebagai berikut :
Sutarno. 2003. “Peran Teknologi dalam Mengaktualkan Paradigma Baru Pembelajaran dan Manusia Pembelajar”.Wawancara dengan Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 3 Februari 2003.
Jika terdapat beberapa buku yang ditulis oleh seorang yang sama, nama penulis ditulis yang pertama, sedangkan di bawahnya cukup ditulis :_________________
Misalnya:
Kridalaksana, Harimurti. 1992. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
___________________. 1993. Kamus Linguistik. Edisi III. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Jika tidak terdapat nama penulis dalam buku tersebut, yang ditulis adalah nama lembaga yang menerbitkan buku itu.
Misalnya:
Dirjen Binbaga Islam Departemen Agama RI. 1994. Kurikulum Madrasah Aliyah: GBPP Bidang Studi Bahasa Arab. Jakarta.
Jika judul berbahasa Arab, judul harus ditransliterasikan ke dalam huruf Latin dengan mengikuti pedoman transliterasi Arab-Latin yang merupakan SKB (Surat Keputusan Bersama) Menteri Agama Republik Indonesia No.158 tahun 1987 dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No.0543b/U/1987 (terlampir).
Misalnya:
Gulāyīni, Syaikh Mustafā. 2000. Jāmi’u ad-Durūsi al-Arabiyyah: Juz al-Awwal wa as-Sāni wa as-Sālis. Edisi Revisi. Bairut: al-Maktabatul Asriyyah.
Muhandis, Kāmil. Tanpa Tahun. Mu’jāmu al-Mustalahati al-Arabiyyah Fī al-Lugati wa al-Adāb. Bairut: Dar al-Ma’ārif.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab II, dapat ditarik kesimpulan bahwa:
a. Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan.
b. Jenis-jenis populasi: populasi umum dan populasi target
c. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi, sebagai contoh (monster) yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu.
d. Adapun alasan penelitian menggunakan sampel adalah:
Ukuran populasi, Masalah biaya, Masalah waktu, Percobaan yang sifatnya merusak,mMasalah ketelitian,dan Masalah ekonomis
e. Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif.
f. Teknik-teknik yang di gunakan dalam pengambilan sampel
1. Probability/Random Sampling
2. Nonprobability/Nonrandom Sampling atau Sampel Tidak Acak
Notasi ilmiah adalah ilmu tentang sistem lambing (tanda) yang menggambarkan bilangan nada atau ujaran dengan tanda huruf.
Mengutip adalah sebagai kegiatan pengambilalihan pernyataan seseorang yang disampaikan secara lisan meupun tertulis untuk tujuan ilustrasi atau memperkukuh argumaen di tulisan sendiri. Mengutip ada dua cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Kutipan secara langsung adalah pengambilalihan pernyataan orang lain secara apa adanya, sesuai redaksi yang terdapat dalam sumbernya. Sedangkan Kutipan tidak langsung adalah pengungkapan kembali maksud penulisan dengan kata-katanya sendiri (yang di kutip hanyalah pokok-pokok pikiran, atau hanya ringkasan, atau kesimpulan dari sebuah tulisan).
SAMPEL, POPULASI DAN NOTASI ILMIAH
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
DIAN CIPTA CENDIKIA KOTABUMI
2018
1. Populasi
Populasi berasal dari kata bahasa inggris population, yang berarti jumlah penduduk. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2015: 80). Menurut Nazir (1983:327) mengatakan bahwa popuasi adalah berkenaan dengn data bukan barang atau bendanya.Pengertian lainnya, diungkapkan oleh Nawawi yang menyebutkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karaktersitik tertentu di dalam suatu penelitian.Sedangkan Riduwan (2002: 3) mengatakan bahwa populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran menjadi objek penelitian.
Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat – syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Kaitannya dengan batasan tersebut, populasi dapat dibedakan berikut ini :
Populasi teoritis (Theoritical Population), yakni sejumlah populasi yang batas-batasnya di tetapkan secara kualitatif. Kemudian agar hasil penelitian berlaku juga bagi populasi yang lebih luas, maka di tetapkan terdiri dari guru; berumur 25 tahun sampai 40 tahun, program S1, jalur tesis, dll.
2. Populasi yang tersedia (Accessible population), yakni sejumlah populasi yang secara kuantitatif dapat di nyatakan dengan tegas. Misalnya, guru sebanyak 250 di kota Bandung terdiri dari guru yang memiliki karakteristik yang telah di tetapkan dalam populasi teoritis.
Bedasarkan sifatnya, populasi dapat digolongkan menjadi populasi homogen dan populasi yaitu :
a. homogeny adalah sumber data yang unsurnya memiliki sifat yang sama sehingga tidak perlu mempersoalkan jumlahnya secara kuantitatif.
b. Populasi heterogen adalah sumber data yang unsurnya memiliki sifat atau keadaan yang berbeda (bervariasi) sehingga perlu ditetapkan batas – batasnya, baik secara kualiatif maupun kuantitatif.
2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada pupulasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti daapat menuggunakan sampel yang diambil dari populasi itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yangdiambil dari populasi betul-betul representatif (mewakili).
Adapun alasan-alasan penelitian dilakukan dengan mempergunakan sampel beikut ini:
1. Ukuran populasi
Dalam hal populasi tak terbatas (tak terhingga) berupa parameter yang jumlahnya tidak diketahui dengan pasti, pada dasarnya bersifat konseptual. Karena itu sama sekali tidak mungkin mengumpulkan data dari populasi seperti itu. Demikian juga dalam populasi terbatas (terhingga) yang jumlahnya sangat besar, tidak praktis untuk mengumpulkan data dari populasi 50 juta murid sekolah dasar yang tersebar diseluruh pelosok Indonesia misalnya.
2. Masalah biaya
Besar-kecilnya biaya tergantung juga dari banyak sedikitnya objek yang diselidiki.Semakin besar jumlah objek, maka semakin besar biaya yang diperlukan, lebih – lebih bila objek itu tersebar diwilayah yang cukup luas. Oleh karena itu, sampling ialah satu cara untuk mengurangi biaya.
3. Masalah waktu
Penelitian sampel selalu memerlukan waktu yang lebih sedikit daripada penelitian populasi. Sehubungan dengan hal itu,apabila waktu yang tersedia terbatas, dan kesimpulan diinginkan dengan segera, maka penelitian sampel,dalam hal ini, lebih cepat.
4. Percobaan yang sifatnya merusak
Banyak penelitian yang tidak dapat dilakukan pada seluruh populasi karena dapat merusak atau merugikan. Misalnya, tidak mungkin mengeluarkan semua darah dari tubuh seseorang pasien yang akan dianalisis keadaan darahnya, juga tidak mungkin mencoba seluruh neon untuk diuji kekuatannya. Karena itu penelitian harus dilakukan hanya pada sampel.
5. Masalah ketelitian
Masalah ketelitian adalah salah satu segi yang diperlukan agar kesimpulan cukup dapat dipertanggung jawabkan.Ketelitian ,dalam hal ini, meliputi pengumpulan, pencatatan, dan analisis data. Penelitian terhadap populasi belum tentu ketelitian terselengar. Boleh jadi peneliti akan menjadi bosan dlam melaksanakan tugasnya. Untuk menghindarkan itu semua,penelitian terhadap sampel memungkinkan ketelitian dalam suatu penelitian.
6. Masalah ekonomis
Pertanyaan yang harus selalu diajukan oleh seseorang penelitian; apakah kegunaan dari hasil penelitian sepadan dengan biaya ,waktu, dan tenaga yang telah dikeluarkan? Jika tidak, mengapa harus dilakukan penelitian? Dengan kata lain penelitian sampel pada dasarnya akan lebih ekonomis daripada penelitian populasi (sudjana, 1975:159-161); ( Hadari Nawawi,1923: 146-148).
Selanjutnya, mengenai penetapan besar kecilnya sample tidaklah ada suatu ketetapan yang mutlak, artinya tidak ada suatu ketentuan berapa persen suatu sample harus diambil. suatu hal yang perlu diperhatikan adalah keadaan homogenitas dan heterogenitas populasi. Jika keadaan populasi homogen, jumlah sample hampir-hampir tidak menjadi persoalan, sebaliknya,jika keadaan populasi heterogen, maka pertimbangan pengambilan sample harus memperhatikan hal :
1. Harus diselidiki kategori-kategori heterogenitas.
2. Besarnya populasi dalam tiap kategori.
Karena itu informasi tentang populasi perlu dikejar seberapa jauh dapat diusah1akan. Satu hal yang perlu diingat, bahwa penetapan jumlah sampel yang terlalu banyak selalu lebih baik dari pada kurang (oversampling is always better than undersampling).
Menurut Narbuko & Abu (2013: 108) Petunjuk - petunjuk untuk mengambil sampel :
1. Daerah generalisasi
Yang penting disini adalah menentukan dahulu luas populasinnya sebagai daerah generalisasi, selanjutnya barulah menentukan sampelnya sebagai daerah penelitiannya. Di sampling itu, yang penting adalah : “ kalau yang diselidiki hanya satu kelas saja, jangan diperluas sampai kelas-kelas lainnya apalagi menyimpulkan untuk sekolah-sekolah lain”.
2. Pengesahan sifat-sifat populasi dan ketegasan batas-batasnya
Bila luas populasinya telah ditetapkan , harus segera diikuti penegasan tentang sifat-sifat populasinnya. Penegasan ini sangat penting bila menginginkan adanya valliditas dan reabilitas bagi penelitiannya.Oleh sebab itu, haruslah ditentukan terlebih dahulu luas dan sifat-sifat populasi, dan memberikan batas-batas yang tegas, kemudian menetapkan sampelnya. Jangan terjadi kebalikannya,yaitu menetapkan populasilah yang lebih dahulu baru kemudian sampelnya.
3. Sumber-sumber informasi tentang populasi
Untuk mengetahui ciri-ciri populasinya secara terperinci dapat diperoleh melalui bermacam-macam sumber informasi tentang populasi tersebut. Misalnya, sensus penduduk dokumen-dokumen yang disusun oleh instansi-instansi dan organisasi-organisasi, seperti pengadilan, kepolisian, kantor P & K, kantor kelurahan, dan sebagainnya.
Meskipun demikian, haruslah diteliti kembali apakah informasi tersebut telah menunjukkan validitasnya (kesahihan) . Hal itu perlu karena jangan sampai terjadi data tahun 1954 masih dipakai sebagia sumber untuk tahun 1965, misalnya bila tahun 1954 tercatat jumlah anak rata-rata dalam seiap keluarga 4 orang, maka pada tahun 1965 jumlah anak rata-rata mungkin tidak seperti itu (4 orang).
4. Menetapkan besar kecilnya sampel
Mengenai berapa besar kecilnya sampel yang harus diambil untuk sebuah penelitian, memang tidak ada ketentuan yang pasti.
5. Menetapkan teknik sampling
Dalam masalah sampel , ada yang disebut biased sampel , yaitu sampel yang tidak mewakili populasi atau disebut juga dengan sample yang menyeleweng. Pengambilan sampel yang menyeleweng disebut : biased sampling. Biased sampling adalah pengambilan sampel yang tidak dari seluruh populasi, tetapi hanya dari salah satu golongan populasi saja, tetapi generalisasinya dikenakan kepada seluruh populasi.Contoh : misalnya mengadakan penelitian tentang penghasilan rata-rata orang indonesia hanya diambil sample yang kaya raya saja, ataupun hanya yang melarst ? miskin saja. Dengan sendiriny akan mengakibatkan adaanya kesimpulan yang menyeleweng atau disebut biased conclusion.
Keuntungan menggunakan sampel yaitu
1. Memdahkan peneliti untuk jumlah sampel lebih sedikit dibandingkan dengan enggunakan populasi dan apabila populasinya terlalu besar dikhawatirkan akan terlewati.
2. Penelitian lebih efesien ( dalam arti menghemat uang, waktu dan tenaga).
3. Lebih teliti dan cermat dalam pengumpulan data artinya jia subjeknya banyak dikhawtirkan adanya bahaya bias dari orang yang mengumpulkan data, karena sering dialami oleh staf bagian pengumpulan dat mengalami kelelahan sehingga pencatatan data tidak akurat.
4. Penelitian lebih efektif, jika penelitian bersifat destruktif(merusak) yang menggunakan spesemen akan hemat dan bias dijangkau tanpa merusak semua bahan yang ada serta bias digunakan untuk menjaring populasi yang jumlahnya banyak.
1.1. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif. Secara umum, ada dua jenis teknik pengambilan sampel yaitu, sampel acak atau random sampling / probability sampling dan sampel tidak acak atau nonrandom samping/nonprobability sampling.
1. Sampel acak atau random sampling / probability sampling
Random sampling adalah cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Artinya jika elemen populasinya ada 100 dan yang akan dijadikan sampel adalah 25, maka setiap elemen tersebut mempunyai kemungkinan 25/100 untuk bisa dipilih menjadi sampel. Sedangkan yang dimaksud dengan nonrandom sampling atau nonprobability sampling, setiap elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel. Lima elemen populasi dipilih sebagai sampel karena letaknya dekat dengan rumah peneliti, sedangkan yang lainnya, karena jauh, tidak dipilih; artinya kemungkinannya 0 (nol).
a. Simple Random Sampling atau Sampel Acak Sederhana
Teknik untuk mendapatkan sampel yang langsung dilakukan pada unit sampling. Dengan demikian setiap unsur populasi harus mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel.
b. Proportionate Stratified Random Sampling atau Sampel Acak Distratifikasikan
Teknik ini biasa digunakan pada populasi yang mempunyai susunan bertingkat atau berlapis-lapis.Misalnya sekolah, terdapat beberapa tingkatan kelas.Jika tingkatan dalam populasi diperhatikan, mula-mula harus dipastikan strata yang ada, kemudian tiap strata diwakili sampel penelitian.
c. Disproportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan untuk menentukan junlah sampel, bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional. Misalnya pegawai dari unit kerja tertentu mempunyai; 3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang S1, 800 orang SMU, 700 orang SMP, maka tiga orang lulusan S3 dan empat orang S2 itu diambil semuanya sebagai sampel. Karena dua kelompok ini terlalu kecil bila dibandingkan dengan kelompok S1, SMU dan SMP.
d. Cluster Sampling atau Area Sampel
Teknik ini digunakan jika populasi tidak terdiri dari individu-individu, melainkan terdiri dari kelompok atau cluster. Misalnya, penelitian dilakukan terhadap populasi pelajar SMU di suatu kota. Untuk itu random tidak dilakukan secara langsung pada semua pelajar, tetapi pada sekolah/kelas sebagai kelompok atau cluster.
2. Nonprobability/Nonrandom Sampling atau Sampel Tidak Acak
Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberipeluang/ kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2013:122). Tidak semua unsur atau elemen populasi mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel. Unsur populasi yang terpilih menjadi sampel bias disebabkan karena kebetulan atau karena faktor lain yang sebelumnya sudah direncanakan oleh peneliti. Teknik sampel ini meliputi samling sistematis, kuota, aksidental, purporsive, jenuh, dan snowball.
a. Sampling Sistematis
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sample berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut.
b. Sampling kuota
Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.
c. Sampling incidental
Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan/ insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
d. Sampling Purporsive
Sampling purporsive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
e. Sampling jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.
f. Sampling Snowball
Sampling Snowball adalah teknik penentuan sampel yang mla-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar.
1.2. Menentukan Ukuran Sampel
Jumlah ukuran sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang diharapkan 100% mewakili populasi adalah sama dengan jumlah anggota populasi itu sendiri. Jadi bila jumlah populasi 1000 dan hasil penelelitian itu akan diberlakukan untuk 1000 orang tersebut tanpa ada kesalahan, maka jumlah sampel yang diambil sama dengan jumlah populasi tersebut yaitu 1000 orang. Makin besar jumlah mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, makin besar kesalahan generalisasi (diberlakukan umum) (Sugiyono, 2015).
Roscoe 1975 (Sugiyono:2015) memberikan acuan umum untuk menentukan ukuran sampel:
1. Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebayakan penelitian
2. Jika sampel dipecah kedalaam subsampel (pria/wanita, junior/senior, dan sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat.
3. Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda), ukuran sampel sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian.
4. Untuk Penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eksperimen yang ketat, penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran sampel kecil antara 10 sampai dengan 20
Beberapa rumus untuk menentukan jumlah sampel antara lain=
1. Rumus Slovin
n =
n= sampel: N = populasi: d= nilai presisi 95% atau sig= 0.05
2. Tabel Issac dan Michael
s =
dengan dk = 1, taraf kesalahan bisa 1%, 5%, 10%.
P=Q= 0,5.
D= 0,05.
S= jumlah sampel
2.3 Notasi Ilmiah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian notasi adalah sistem lambing (tanda) yang menggambarkan bilangan nada-nada dan ujaran. Proses pelambangan, nada atau ujaran dengan tanda (huruf), catatan pendek yang perlu diketahui atau diingat. Sedangkan ilmiah adalah bersifat ilmu, secara ilmu pengetahuan.Jadi, notasi ilmiah adalah ilmu tentang sistem lambing (tanda) yang menggambarkan bilangan nada atau ujaran dengan tanda huruf.
Kutipan
Mengutip pada dasarnya adalah sebagai kegiatan pengambilalihan pernyataan seseorang yang disampaikan secara lisan meupun tertulis untuk tujuan ilustrasi atau memperkukuh argumaen di tulisan sendiri.
Kutipan Langsung
Pengutipan langsung adalah pengambilalihan pernyataan orang lain secara apa adanya, sesuai redaksi yang terdapat dalam sumbernya.
Pernyataan yang dapat dikutip secara langsung mempunyai kriteria dan bersifat (a) definisi; (b) konsep yang sangat penting dan mendasar; (c) peraturan dan perundang-undangan; (d) pendapat yang kontroversial; (e) ungkapan yang tidak berbelit-belit; dan (f) tidak terlalu panjang (Muslich, 2009:89).
Pernyataan orang lain yang dikutip secara langsung caranya berbeda sesuai dengan jumlah kata. Pernyataan yang kurang dari 40 kata dapat dikutip langsung dengan cara meletakkan di antara dua tanda petik ganda (“…”) atau kutipan tunggal (‘…’), kutipan disatukan dalam teks utama, menyebut pengarang, tahun terbit karya, dan halaman sumber. Nama penulis yang dikutip boleh diletakkan dalam teks utama atau setelah kutipan.
Contoh :
“Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang di inginkan oleh penulis atau pembicara” (Keraf,1983:3)
Kutipan Tidak Langsung
Kutipan tidak langsung adalah pengungkapan kembali maksud penulisan dengan kata-katanya sendiri.Jadi, yang di kutip hanyalah pokok-pokok pikiran, atau hanya ringkasan, atau kesimpulan dari sebuah tulisan.
Pernyataan yang dapat dikutip secara tidak langsung mempunyai kriteria dan bersifat (a) bukan konsep dan pengertian yang penting; (b) berupa klasifikasi; (c) berupa ilustrasi dan contoh; (d) ungkapan yang berbelit-belit dan membingungkan pemahaman pembaca; dan (e) ungkapan yang sangat panjang sehingga perlu diambil ide pokonya saja.
Pengutipan pernyataan secara tidak langsung tidak memerlukan tanda petik ganda (“…”) atau tunggal (‘…’) kecuali nama pengarang, tahun terbit, dan halaman karya yang dikutip. Nama pengarang secara konvensional diletakkan di dalam teks utama atau setelah pernyataan yang dikutip.
Contoh :
Nilai merupakan sesuatu pandangan, berisi sesuatu yang baik, diinginkan, dicita-citakan, dan dianggap penting oleh masyarakat sehingga mempengaruhi perilaku sosial dari orang yang memiliki nilai tersebut (Nurseno,2004:3)
Teknik-Teknik Notasi Ilmiah
Foot Note (Catatan Kaki)
Foot note adalah catatan pada kaki halaman untuk menyatakan sumber kutipan, pendapat buah pikiran, fakta-fakta, atau ikhtisar. Catatan kaki biasanya berisi nama pengarang, judul, penerbit, tahun terbit, dan nomor halaman. Footnote pada tiap bab diberi nomor urut, mulai dari angka 1 sampai dengan selesai dan dimulai dengan nomor satu lagi pada bab-bab berikutnya.
Footnote yang merupakan rujukan ditulis berdasarkan cara berikut ini :
Nama pengarang tanpa dibalik urutannya, diikuti koma.
Jika nama dalam tertulis lengkap disertai gelar akademis, catatan kaki mencantumkan gelar tersebut.
Judul karangan dicetak miring tidak diikuti koma
Nama penerbit dan angka tahun diapit tanpa kurung dikuti koma.
Nomor halaman dapat disingkat hlm atau h. Angka nomor halaman diakhiri titik (.).
Singkatan dalam foot note :
(singkatan dari ibidum, artinya sama dengan di atas) untuk catatan kaki yang sumbernya sama dengan catatan kaki yang tepat di atasnya. Ditulis dengan huruf kapital pada awal kata, cetak miring, diikuti titik, diikuti koma, kemudian diikuti nomor halaman.
Contoh :
Badudu, Cakrawala Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1994) h. 63.
Ibid., h. 72.
cit. (singkatan dari opere citato, artinya dalam karya yang telah dikutip), dipergunakan untuk catatan kaki dari sumber yang pernah dikutip, tetapi telah disisipi catatan kaki lain dari sumber lain. Urutannya : nama pengarang, op. cit., nomor halaman.
Contoh :
Badudu, Cakrawala Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1994) h. 57.
Mochtar Lubis, Teknik Magang, (Jakarta: Balai Pustaka, , 1987) h. 31.
Badudu, Op. Cit, h. 68.
cit. (singakatan dari loco citato, artinya tempat yang telah dikutip), dipergunakan untuk catatan kaki dari sumber yang pernah dikutip pada halaman yang sama, tetapi telah disisipi catatan kaki lain dari sumber lain. Urutannya : nama pengarang, loc. cit. (tanpa nomor halaman)
Contoh :
Henry Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Aspek Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Gramedia, 1988) h. 91.
Umar, Para, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1988) h. 56.
Henry Tarigan, loc cit.
In Note
In note merupakan notasi ilmiah dengan cara meletakkan sumber yang dirujuk menyatu dengan teks yang dirujuk. Pada teknik ini, sumber kutipan ditulis atau diletakkan sebelum bunyi kutipan atau diletakkan dalam narasi atau kalimat sehingga menjadi bagian dari narasi atau kalimat. Pada innote ketentuannya adalah sebagai berikut :
Membuat pengantar kalimat sesuai dengan keperluan
Menulis nama akhir pengarang
Mencantumkan tahun terbit, titik dua, dan nomor halaman di dalam kurung
Menampilkan kutipan, baik dengan kutipan langsung maupun kutipan tidak langsung.
Contoh :
Perkembangan bahasa merupakan hal yang sangat urgen dalam tahap perkembangan jiwa anak, menurut Yule (1996: 178 – 180), perkembangan bahasa dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu (1) tahap pralinguistik (pre-language Stages); (2) tahap satu kata, satu frasa (the one-word or holophrastic, stage); (3) tahap dua kata, satu frasa (the two – word stage); dan (4) tahap menyerupai telegram (telegraphic speech).
End Note
End note adalah notasi ilmiah dengan cara memberikan keterangan sumber pernyataan yang dirujuk dan keterangan lainnya yang ditempatkan di akhir sebuah karangan ilmiah sebelum daftar pustaka. Dalam end note penulis dapat memberikan keterangan-keterangan tambahan. Teknik penulisan end note sama dengan teknik penulisan foot note, yang membedakan hanya letaknya. End note diletakkan di akhir suatu karangan ilmiah.
Pada teknik penulisan end note, nama pengarang diletakkan setelah bunyi kutipan atau dicantumkan di bagian akhir narasi, dengan ketentuan sebagai berikut :
Membuat pengantar kalimat sesuai dengan kutipan
Menampilkan kutipan, baik dengan kutipan langsung maupun tidak langsung
Menulis nama akhir pengarang tanpa koma, tahun terbit titik dua, dan nomor halaman di dalam kurung dan akhirnya diberi titik.
Contoh :
Ada aspek penguasaan pragmatik, anak dianggap sudah dapat berbahasa pada waktu ia mampu mengeluarkan kata-kata pertamanya, yaitu sekitar usia satu tahun. Akan tetapi sesungguhnya sejak masa-masa awal setelah kelahirannya anak mampu berkomunikasi dengan ibunya.
Demikian juga orang-orang dewasa di lingkungannya pun memperlakukan anak seolah-olah sudah dapat berbicara (Spencer dan Kass, 1970 : 130).
Daftar Pustaka
Istilah daftar pustaka sering dianggap sama dengan bibliografi (biblioghraphy), referensi (referency), atau kepustakaan.
Yang dimaksud dengan bibliografi atau daftar pustaka adalah sebuah daftar yang berisi kumpulan-kumpulan sumber bacaan atau sumber referensi karangan ilmiah yang tengah digarap, yang terdiri atas judul buku-buku, artikel-artikel, dan bahan-bahan penerbitan lainnya.
Daftar pustaka merupakan syarat mutlak yang harus ada dalam suatu karya ilmiah, baik dalam makalah, paper, skripsi, tesis, maupun disertasi. Letak daftar pustaka dalam suatu karya ilmiah adalah setelah bab kesimpulan. Daftar pustaka ditulis secara alfabetis sesuai nama-nama pengarang atau lembaga yang menerbitkannya. Adapun urutan penulisan daftar pustaka adalah sebagai berikut :
Nama penulis titiktahun terbit titik judul buku yang diberi garis bawah putus-putus atau dicetak miring titik kemudian kota tempat terbit buku titik dua (:) nama penerbit
Misalnya:
Arsyad, Azhar. 2001. Dasar-dasar Penguasaan Bahasa Arab. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Sahertian, Piet A. dan Ida Aleida Sahertian. Supervisi Pendidikan dalam Rangka Program Inservice Education. Jakarta: Rineka Cipta.
Jika buku yang disebut di dalam daftar pustaka merupakan edisi terjemahan, setelah judul buku disebutkan “edisi terjemahan oleh …” di dalam kurung. Dalam edisi terjemahan tahun terbit yang dipakai adalah tahun terbit terjemahan.
Misalnya:
Titus, Harold H, Merilyn Smith S., dan Richard T. Nolan. 1984. Persoalan-persoalan Filsafat, (edisi terjemahan oleh Rasjidi H.M.), Jakarta: Bulan Bintang.
Jika buku dalam daftar pustaka itu berupa sebuah artikel dalam sebuah kumpulan yang disunting seorang editor (antologi), judul artikel itu diapit tanda petik ganda (tanpa garis bawah).
Misalnya:
Susilastuti, Dewi H. (1993). “Berbagai Persoalan Kesehatan Reproduksi Perempuan”. Dalam Fauzie Ridjal, Lusi Margiyani, dan Agus Fahri Husein (Editor). Dinamika Gerakan Perempuan di Indonesia. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
Jika buku dalam daftar pustaka itu berupa karya-karya yang belum dipublikasikan, seperti skripsi, tesis, dan disertasi, judul itu tidak perlu diberi garis bawah putus-putus atau dicetak miring, tetapi diletakkan di antara dua tanda petik ganda.
Misalnya:
Wastono, Afdol Tharik. 1997. “Kongruensi dan Reksi dalam Bahasa Arab”. Jakarta: Tesis Magister Humaniora Univeritas Indonesia.
Jika sumber acuan dalam daftar pustaka berupa artikel yang diambil dari majalahatau jurnal, judul artikel tidak perlu diberi garis bawah atau dicetak miring, tetapi diapit tanda petik ganda, sedangkan yang digarisbawahi atau dicetak miring adalah nama majalah atau jurnal dengan didahului kata “Dalam”.
Misalnya:
Sarbini. 2003. “Islam dan Problem Sosial: Perspektif Kekerasan Politik dan Agama”. Dalam Jurnal Ilmiah Mamba’ul ‘Ulum. Edisi III. Surakarta.
Jika sumber acuan itu berupa artikel yang diambil dari koranatau surat kabar, judul artikel diapit tanda petik ganda sebagaimana artikel yang dikuti dari majalah, sedangkan nama surat kabar diberi garis bawah dan didahului kata “Dalam”.
Misalnya:
Indrayana, Denny. 2006. “Hakim Agung “Wanted””. Dalam Kompas. 3 Mei 2006. Jakarta.
Suksmantri, Eko. 2000. “Militerisasi Sipil, Ironi di Era Reformasi”. Dalam Suara Merdeka. 12 Mei 2000. Semarang.
Jika sumber acuan berupa hasil wawancara atau interview, penulisannya sebagai berikut :
Sutarno. 2003. “Peran Teknologi dalam Mengaktualkan Paradigma Baru Pembelajaran dan Manusia Pembelajar”.Wawancara dengan Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 3 Februari 2003.
Jika terdapat beberapa buku yang ditulis oleh seorang yang sama, nama penulis ditulis yang pertama, sedangkan di bawahnya cukup ditulis :_________________
Misalnya:
Kridalaksana, Harimurti. 1992. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
___________________. 1993. Kamus Linguistik. Edisi III. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Jika tidak terdapat nama penulis dalam buku tersebut, yang ditulis adalah nama lembaga yang menerbitkan buku itu.
Misalnya:
Dirjen Binbaga Islam Departemen Agama RI. 1994. Kurikulum Madrasah Aliyah: GBPP Bidang Studi Bahasa Arab. Jakarta.
Jika judul berbahasa Arab, judul harus ditransliterasikan ke dalam huruf Latin dengan mengikuti pedoman transliterasi Arab-Latin yang merupakan SKB (Surat Keputusan Bersama) Menteri Agama Republik Indonesia No.158 tahun 1987 dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No.0543b/U/1987 (terlampir).
Misalnya:
Gulāyīni, Syaikh Mustafā. 2000. Jāmi’u ad-Durūsi al-Arabiyyah: Juz al-Awwal wa as-Sāni wa as-Sālis. Edisi Revisi. Bairut: al-Maktabatul Asriyyah.
Muhandis, Kāmil. Tanpa Tahun. Mu’jāmu al-Mustalahati al-Arabiyyah Fī al-Lugati wa al-Adāb. Bairut: Dar al-Ma’ārif.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab II, dapat ditarik kesimpulan bahwa:
a. Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan.
b. Jenis-jenis populasi: populasi umum dan populasi target
c. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi, sebagai contoh (monster) yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu.
d. Adapun alasan penelitian menggunakan sampel adalah:
Ukuran populasi, Masalah biaya, Masalah waktu, Percobaan yang sifatnya merusak,mMasalah ketelitian,dan Masalah ekonomis
e. Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif.
f. Teknik-teknik yang di gunakan dalam pengambilan sampel
1. Probability/Random Sampling
2. Nonprobability/Nonrandom Sampling atau Sampel Tidak Acak
Notasi ilmiah adalah ilmu tentang sistem lambing (tanda) yang menggambarkan bilangan nada atau ujaran dengan tanda huruf.
Mengutip adalah sebagai kegiatan pengambilalihan pernyataan seseorang yang disampaikan secara lisan meupun tertulis untuk tujuan ilustrasi atau memperkukuh argumaen di tulisan sendiri. Mengutip ada dua cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Kutipan secara langsung adalah pengambilalihan pernyataan orang lain secara apa adanya, sesuai redaksi yang terdapat dalam sumbernya. Sedangkan Kutipan tidak langsung adalah pengungkapan kembali maksud penulisan dengan kata-katanya sendiri (yang di kutip hanyalah pokok-pokok pikiran, atau hanya ringkasan, atau kesimpulan dari sebuah tulisan).
Komentar
Posting Komentar